Tangerang (PHU)--Direktorat Jenderal (Ditjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama memberikan penghargaan atas dedikasi sepenuh hati kepada tenaga pendukung PPIH Arab Saudi 1446H/2025M.
Penghargaan ini diserahkan Dirjen PHU Hilman Latief dalam puncak gelaran Rakernas Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 1446H/2025M yang digelar di Tangerang, Banten, (30/7/2025).
Ada empat nama tenaga pendukung yang disematkan penghargaan atas dedikasinya dalam menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025.
Mereka yakni Hasyim bin Salim Hilaby yang dijuluki The Shadow Behind the Nusuk Cards, Naif Bahri Basri Marjan The Man in Makkah, Adhil Abdul Wahid The Keeper of the Manifests dan Nurcholis Turmudzi Qhomad The Cartographer of the Holy Plains.
Berikut sekilas sosok mereka yang bekerja dalam sunyi dibalik sukses haji 2025.
Hasyim bin Salim Hilaby The Shadow Behind the Nusuk Cards
Ia jarang tampak di depan, tapi jejak kerjanya terasa di setiap kartu nusuk yang sampai ke tangan jemaah. Saat terjadi ketidaksesuaian penempatan syarikah dalam satu kloter, ia menjadi penggerak yang tak terlihat, mengatur ulang agar semua tertata. Ia tak hanya mengatur distribusi kartu, tapi juga membangun kepercayaan—meyakinkan otoritas bahwa distribusi berjalan, perlahan namun pasti.
Saat krisis paspor menghantui fase pemulangan dan keberangkatan gelombang kedua ke Madinah, ia kembali hadir—menelusuri satu per satu dokumen yang tercecer, mengembalikan paspor jemaah, atau mengajukan SPLP bila paspor tidak ditemukan. Ia hadir tak selalu disebut, tapi selalu menyelesaikan. Ia adalah Hasyim bin Salim Hilaby kami menyebutnya sebagai The Shadow Behind the Nusuk Cards.
Naif Bahri Basri Marjan The Man in Makkah
Jika Madinah punya bayangan penggeraknya, maka Makkah pun tak pernah sunyi dari figur yang bekerja dalam diam. Sosok ini muncul dalam kerumitan distribusi kartu nusuk berbasis syarikah, bukan lagi kloter. Dalam lanskap yang berubah cepat, di mana jemaah berpindah hotel tanpa jejak, ia dan timnya tetap menuntaskan hampir 100% distribusi sebelum Armina tiba.
Usai operasional haji, ia belum berhenti. Di tengah hiruk-pikuk yang reda, ia melanjutkan tugas sunyi: menelusuri jemaah yang masih terbaring di rumah sakit Arab Saudi, satu demi satu, demi kepastian kepulangan jemaah haji. Ia adalah Naif Bahri Basri Marjan, kami mengenalnya sebagai The Man in Makkah.
Adhil Abdul Wahid The Keeper of the Manifests
Ia jauh dari sorotan, tapi tanpanya, seluruh sistem bisa runtuh. Sejak awal penyelenggaraan haji 1446 H/2025 M, sosok ini sudah tenggelam dalam data. Ketika kloter-kloter bercampur, ia dan timnya mengulang dari awal—menyusun ulang pramanifes untuk 20 penerbangan dalam sehari, memastikan kesesuaian dengan sistem pre-arrival Arab Saudi. Tenggatnya ketat: 15 jam sebelum jemaah mendarat.
Lengah sedikit, teguran keras menanti. Ia bekerja dalam diam, nyaris tanpa jeda, menjaga agar semuanya tetap berjalan presisi. Di balik nama-nama di manifes, ada tangannya yang tak terlihat. Ia adalah Adhil Abdul Wahid kami mengenalnya sebagai The Keeper of the Manifests.
Nurcholis Turmudzi Qhomad The Cartographer of the Holy Plains
Padang Arafah dan Mina terlalu luas untuk dikenang, tapi ia menghafalnya nyaris seperti punggung tangannya. Tahun ini, pekerjaan rutinnya bertambah berat: tenda untuk jemaah mixed kloter. Syaratnya jelas—semua kembali ke syarikah masing-masing. Maka sejak 8 hingga 9 Dzulhijjah, ia hampir tak tidur.
Mengemudi sendiri, mendampingi para pemimpin, dan setiap kali terdengar kabar jemaah belum bertenda, ia melaju, mencari ruang yang mungkin, di antara ratusan ribu manusia. Ia tak banyak bicara, tapi selalu tiba ketika dibutuhkan. Pemetaan Arafah? Barangkali bukan peta di tangan, tapi kehadirannya yang menjadi peta berjalan di dataran suci ini.
Ia melukis peta dataran suci Arafah itu agar menjadi panduan bagi seluruh petugas yang hadir. Ia adalah Nurcholis Turmudzi Qhomad, kami menyebutnya The Cartographer of the Holy Plains.
Fotografer: Romadanyl