17 Mei 2025
14 Kloter Perdana Mendarat di Jeddah, Jemaah Haji Sudah Kenakan Ihram
Jeddah (PHU) – Petugas Penyeleggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Bandara siap menyambut kedatangan rombongan perdana gelombang ke-2 jemaah haji Indonesia yang akan mendarat di King Abdulaziz International Airport (KAIA) Jeddah, mulai Sabtu (17/5/2025).
Pada penyambutan hari perdana di gelombang kedua ini, tercatat sekitar 5.329 jemaah haji yang tergabung dalam 14 kloter, termasuk petugas kloter dan pembimbing ibadah haji akan mendarat di Jeddah mulai pukul 05.25 hingga 23.50 Waktu Arab Saudi. Total jemaah pada gelombang ke-2 ini mencapai 99.776 terbagi dalam 259 kloter.
Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Bandara PPIH Arab Saudi, Abdul Basir meminta jemaah haji gelombang ke-2 ini untuk menggunakan pakaian ihram pada saat di Embarkasi sebelum terbang ke Arab Saudi.
“Saya tekankan kepada seluruh PPIH Embarkasi untuk menyampaikan kepada jemaah haji agar menggunakan ihram dari tanah air,” tandas Basir dalam keterangan pers dengan Jurnalis Media Centre Haji (MCH) ldi Jeddah, Jumat malam (16/5/205) Waktu Arab Saudi.
Pentingnya berihram sebelum tiba di Bandara Jeddah, kata Basir, karena seluruh layanan yang ada di bandara saat ini menggunakan sistem cepat sampai di kota tujuan.
“Kalau di Jeddah harus segera sampai ke Makkah meskipun kedatangan bukan melalui fast track. Waktu berihram di bandara sudah tidak ada lagi waktu seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujar Basir.
Selain itu, jemaah haji juga perlu mengetahui bahwa layanan kedatangan di Jeddah berbeda saat pelayanan jemaah di Bandara Amir Muhammed Bin Abdul Aziz (AMAA) di Madinah. Di Bandara Jeddah, semua layanan akan ditangani langsung syarikah, sehingga jemaah akan dipisah berdasarkan syarikah yang ada.
Dengan layanan berbasis syarikah, Basir menyebut tidak menutup kemungkinan ada beberapa kelompok terbang (kloter) yang juga berbeda syarikah, termasuk keluarga maupun antar jemaah.
“Potensi berpisah dengan keluarga memang itu satu hal yang tidak bisa dihindarkan. Tapi kita akan mencoba melobi ke Kementerian Haji di Bandara Jeddah kalau memang memungkinkan untuk bisa digabungkan. Tapi kalau memang tidak bisa, toh itu hanya berpisah dalam waktu yang tidak lama. Nanti Daker Makkah yang akan mengurus penggabungan mereka Kembali,” ujarnya.
Karena itu, ia berharap kepada PPIH Embarkasi untuk memberikan tanda khusus kepada jemaah haji yang tergabung dalam kelompok syarikah yang besar.
“Ini memudahkan kami memisahkan mereka ketika kita mengidentifikasi tanda-tanda yang ada di pakaian maupun di tangan mereka. Termasuk penggunaan tanda warna di koper mereka, itu akan kita berikan kepada jemaah,” ujarnya.
Berbekal tanda-tanda itu, petugas yang ada di Daker Makkah lebih mudah memisahkan koper-koper jemaah dari syarikah. Semua ini, kata Basir, membutuhkan komitmen dan konsistensi dari PPIH embarkasi untuk bisa mensosialisasikan kepada para jemaah haji.
Basir juga mengungkapkan adanya tambahan layanan di Bandara Jeddah yang tidak ada di Madinah yakni layanan kesehatan. “Di kawasan ini, PPIH Bandara menyiapkan ruangan khusus untuk memberikan perawatan darurat kepada jemaah yang membutuhkan,” tandasnya.
16 Mei 2025
Daker Madinah Optimalkan Penanganan Jemaah Haji Terpisah Rombongan
Madinah (PHU)--Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Madinah terus berupaya mengoptimalkan penanganan jemaah haji yang terpisah dari rombongan agar bisa segera diberangkatkan menuju Makkah. Daker Madinah telah menyiapkan hotel khusus sebagai tempat menginap jemaah sembari menunggu jadwal keberangkatan mereka ke Kota Kelahiran Nabi Muhammad.
Hal ini disampaikan Kepala Daker Madinah M Lutfi Makki usai meninjau hotel tempat menginap jemaah yang terpisah dari rombongan di Madinah, Jumat (16/5/2025). “PPIH concern dalam memfasilitasi jemaah yang terpisah rombongan. Kita siapkan hotel khusus sebagai tempat menginap mereka selama menunggu jadwal keberangkatan menuju Makkah,” sebut Lutfi Makki.
Operasional haji di Daerah Kerja (Daker) Madinah sudah memasuki hari ke-15 sejak kedatangan jemaah Indonesia pada 2 Mei 2025. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat ada 247 kelompok terbang (kloter) dengan 97.153 jemaah yang sudah tiba di Madinah. Dari jumlah itu, sebanyak 99 kloter dengan 38.932 jemaah sudah diberangkatkan dari Madinah menuju Makkah sejak 8 Mei 2025.
“Sembilan hari pemberangkatan jemaah dari Madinah ke Makkah, memang ada beberap jemaah yang terpisah rombongan. Ada beberapa faktor penyebab, selain beda Syarikah juga ada jemaah yang tertunda keberangkatan karena paspornya belum ditemukan oleh pihak Syarikah,” sebut Makki, panggilan akrabnya. Selama di Arab Saudi, paspor jemaah haji Indonesia disimpan oleh pihak Syarikah.
“Untuk yang beda syarikah, secara bertahap sudah kita berangkatkan sesuai dengan Syarikahnya menuju Makkah. Untuk jemaah yang belum ketemu paspornya, kita akan ajukan Surat Perjalanan Laksana Paspor atau SPLP ke Konjen RI di Jeddah agar jemaah yang bersangkutan juga bisa segera diberangkatkan ke Makkah,” sambungnya.
Makki mengapresiasi kesabaran dan ketertiban jemaah haji Indonesia, meski keberangkatan mereka ke Makkah tertunda. Menurutnya, PPIH Daker Madinah terus berupaya optimal, intensif berkoordinasi dengan pihak Syarikah, agar jemaah bisa segera berangkat ke Makkah.
Terkait jemaah kloter 10 embarkasi Surabaya (SUB 10) yang kopernya diturunkan kembali setelah masuk bus pada 13 Mei 2025, Makki menjelaskan bahwa itu terjadi karena adanya miskomunikasi dengan pihak Syarikah. Makki bersyukur masalahnya bisa diselesaikan. Rombongan jemaah SUB 10 sudah diberangkatkan ke Makkah pada hari itu juga. Total ada 264 jemaah dan mereka diberangkatkan ke Mekkah dengan enam Armada bus Rabitat.
“Saya ucapkan terima kasih atas kesabaran jemaah sekaligus sampaikan permohonan maaf atas tertundanya keberangkatan mereka ke Makkah. Daker Madinah terus berupaya agar semua layanan bisa diberikan kepada jemaah,” papar Makki.
Daerah Kerja Madinah memasuki fase akhir kedatangan jemaah haji gelombang pertama. Hari ini dijadwalkan ada enam belas kloter yang akan tiba di Madinah. Selanjutnya, Daker Madinah akan fokus pada pemberangkatan jemaah dari Madinah ke Makkah hingga 24 atau 25 Mei 2025.
16 Mei 2025
Langkah Suci di Usia 109 Tahun, Nenek Sumbuk Jadi Jemaah Haji Tertua 2025
Bekasi (PHU) --- Di tengah semarak musim haji 1446 H, sebuah kisah hening datang dari pinggir Kota Bekasi. Seorang perempuan berusia lebih dari satu abad tengah bersiap menyambut panggilan suci. Dialah Nenek Sumbuk, jemaah haji berusia 109 tahun, yang akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini.
Rumah sederhana tempat beliau tinggal tampak ramai oleh keluarga dan tetangga yang datang mendoakan. Di tengah suasana hangat itu, Nenek Sumbuk duduk tenang, ditemani putrinya, Sukmi, yang dengan telaten merawat dan menemani ibunya dalam setiap tahap persiapan menuju Tanah Suci.
Langkahnya mungkin tak lagi tegap, pendengarannya pun mulai memudar. Namun semangat dalam dirinya tetap menyala. Keinginan berhaji bukan datang tiba-tiba. Ia telah lama menanti. Usia yang terus menua tak membuat harapan itu padam.
Segala persiapan keberangkatan terus dimatangkan. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) turut mendampingi proses akhir di rumah, termasuk pengecekan kesehatan dan kelengkapan dokumen. Fasilitas pendukung seperti kursi roda dan pendampingan khusus pun telah disiapkan untuk menjamin kenyamanan beliau sepanjang perjalanan.
Berdasarkan data dari Siskohat, Nenek Sumbuk lahir di Kota Kebumen pada 1916. Ia tahun ini berangkat haji bersama keluarga inti, yaitu anak, menantu, dan cucunya. Keempat orang anggota keluarganya itu akan menemani perjalanan suci Nenek Sumbuk dengan penuh doa dan kasih sayang.

Saat ditanya tentang doa yang akan dipanjatkan ketika di Tanah Suci, Nenek Sumbuk menjawab sederhana dalam bahasa Jawa. Kalimat tersebut kemudian diterjemahkan oleh putrinya, Sukmi.
“Doa saya agar hajiku diterima dan mabrur,” ujar Sukmi saat ditemui di kediamannya di Bekasi, Rabu (14/5/2025).
Tergabung dalam jemaah haji asal Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 33, Nenek Sumbuk akan masuk Asrama Haji Bekasi pada 16 Mei 2025, lalu terbang ke Arab Saudi pada 17 Mei 2025. Keberangkatan Nenek Sumbuk sekaligus menandai dimulainya fase pemberangkatan jemaah haji Indonesia gelombang kedua ke Tanah Suci dari Embarkasi Jakarta – Bekasi.
Kisah Nenek Sumbuk bukan sekadar tentang usia yang menua, tapi tentang harapan yang tak pernah lelah untuk menunggu. Ia menjadi pengingat bahwa haji adalah panggilan hati, dan ketika panggilan itu datang, usia bukanlah batas.
Dengan doa dan dukungan dari orang-orang terdekat, langkah Nenek Sumbuk kini bersiap menuju Baitullah. Pelan namun pasti, ia menapaki perjalanan agung yang menjadi impian banyak orang, yaitu menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Kontibutor : Muhammad Hikam
16 Mei 2025
Pastikan Pelaksanaan Ibadah Haji Sesuai Syariat, Kemenag Tetapkan Pedoman Tata Kelola Dam
Jakarta (PHU) --- Tata kelola daging hadyu atau dam masih menjadi perhatian serius oleh Pemerintah. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan pihaknya telah menetapkan pedoman baru terkait tata kelola Dam atau Hadyu dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446 H/2025 M.
“Kami memang fokus ke tata kelola jemaah, namun pelaksanaan dan tata kelola terkait Dam perlu ditata juga agar pelaksanaan ibadah haji jemaah sesuai dengan ketentuan hukum Islam,” ujar Hilman saat menjadi narasumber dalam kegiatan Halaqoh Ukhuwah bertema Distribusi Dam Haji Tamattu’ Jemaah Haji Indonesia di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta, pada Kamis (15/5/2025).
Forum yang diselenggarakan Dewan Pimpinan MUI ini bertujuan untuk mengakomodir masukan-masukan dari para tokoh MUI, Pimpinan BAZNAS, serta perwakilan ormas Islam, terkait Dam Haji Tamattu’.
Dam haji, bermakna sanksi atau denda yang harus dibayar saat seseorang menunaikan ibadah haji atau umrah karena beberapa sebab seperti meninggalkan sesuatu yang diperintahkan, melakukan hal-hal yang dilarang dalam ihram dan lain sebagainya.
“Masalah dam ini memang sangat kompleks, banyak faktor yang perlu ditata terkait mekanisme pembayaran dan pelaksanaannya,” tegas Hilman.
Ia mengatakan, Pemerintah Arab Saudi tidak memberikan kebijakan secara khusus terkait pelaksanaan dam sebagai bagian ibadah. Namun Pemerintah Arab Saudi turut mengatur proses penyembelihan, pengulitan, dan pemotongan hewan dam. Penyembelihan hewan dam juga tidak boleh dilakukan di sembarang tempat demi menjaga kesehatan jemaah haji dan mencegah pencemaran lingkungan.
Sementara kebijakan pelaksanaan pembayaran dam jemaah haji sendiri diserahkan kepada negara masing-masing.
“Masalah dam ini memang sangat kompleks, banyak faktor yang perlu ditata terkait mekanisme pembayaran dan pelaksanaannya,” ujar Hilman.
“Ibadahnya memang ada pembimbingan, kejadian di lapangan juga banyak fakta-fakta yang agak berat, kultural sekali sifatnya,” tambahnya lagi.
Terkait pembayaran dam, Hilman pun mengatakan mekanismenya dapat dilakukan melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berada di Arab Saudi.
Kontributor: Maulana
15 Mei 2025
PPIH: Penempatan Berbasis Syarikah di Makkah Penting untuk Sukses Layanan Jemaah di Armuzna
Madinah (PHU) --- Penempatan jemaah haji Indonesia di Makkah dilakukan berbasis pada Syarikah, bukan kelompok terbang (kloter). Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis M Hanafi menegaskan pendekatan ini dilakukan agar proses mobilisasi dan layanan saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) berjalan optimal.
Untuk tahun ini, ada delapan Syarikah yang melayani jemaah haji Indonesia, yaitu: Al-Bait Guest yang melayani 35.977 jemaah, Rakeen Mashariq (35.090), Sana Mashariq (32.570), Rehlat & Manafea (34.802), Alrifadah (20.317), Rawaf Mina (17.636), MCDC (15.645), dan Rifad (11.283). Tujuannya, memudahkan pengendalian dan memperjelas koordinasi di lapangan, serta memastikan jemaah haji Indonesia mendapatkan layanan optimal dan tertata.
“Penempatan jemaah berbasis Syarikah di Makkah pada tahun ini, sangat urgen dan penting untuk menyukseskan layanan jemaah saat puncak haji di Armuzna. Penempatan jemaah haji Indonesia di Makkah berbasis syarikah mempertimbangkan proses pergerakan dan layanan kepada jemaah saat di Armuzna,” sebut Muchlis M Hanafi di Madinah, Kamis (15/5/2025).
Jemaah haji Indonesia diberangkatkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama, jemaah mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Di kota Nabi, penempatan jemaah dilakukan tetap berbasis kelompok terbang atau kloter.
“Pemberangkatan jemaah dari Madinah ke Makkah dikelompokkan berbasis Syarikah. Ketika akan pulang ke tanah air, mereka akan dikembalikan pada kloter awal saat berangkat,” papar Muchlis M Hanafi.
Untuk jemaah haji yang berangkat pada gelombang kedua, mereka akan mendarat di Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah. Dari bandara, jemaah diberangkatkan dengan bus berdasarkan Syarikah sesuai basis penempatan hotel di Makkah.
“Layanan di Makkah berbasis Syarikah ini linear dengan pola pergerakan jemaah dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah dan Mina, serta layanan di dalamnya. Sehingga pengelompokkan berbasis Syarikah ini penting dalam rangka menyukseskan pelaksanaan puncak haji di Armuzna,” sebut Muchlis M Hanafi.
Disinggung terkait dampak pendekatan ini yang mengakibatkan ada sejumlah pasangan suami istri atau anak dan orang tua atau pendamping dengan lansia dan disabilitas yang terpisah karena beda Syarikah, Muchlis M Hanafi menjelaskan bahwa pihaknya terus berusaha melakukan mitigasi agar implikasinya bisa diminimalisir.
Langkah yang dilakukan, kata Muchlis M Hanafi, antara lain melakukan identifikasi berbasis data terkait jemaah terdampak. Secara umum, jemaah yang tahun ini berangkat bersama pasanganya, tidak terpisah oleh pendekatan kloter berbasis syarikah. Demikian juga dengan anak dan orang tua atau disabilitas dengan pendampingnya, secara umum mereka tetap bersama atau tidak terpisah baik saat di Madinah maupun Makkah.
“Memang ada pasangan suami istri yang terpisah, orang tua yang terpisah dengan anaknya, serta ada juga beberapa jemaah disabilitas yang terpisah dengan pendampingnya. Ini terus kita mitigasi agar dampaknya bisa diminimalisir dan jemaah tetap nyaman dalam beribadah,” paparnya.
“Sebagai bagian dari proses mitigasi, hal ini juga kita bahas dengan pihak Arab Saudi agar bisa didapat solusi terbaik,” sambungnya.
Muchlis M Hanafi memastikan, seluruh jemaah, termasuk yang terpisah karena beda Syarikah, tetap mendapatkan layanan sesuai dengan haknya. Saat ini, tercatat ada 92.437 jemaah yang sudah terbang ke Madinah dalam 235 kelompok terbang (kloter). Dari jumlah itu, ada 65 kloter dengan 25.547 jemaah yang sudah berangkat dari Madinah dan tiba di Makkah.
“PPIH telah mendistribsukan lebih dari 2 juta boks katering yang diberikan kepada jemaah haji. Sekitar 1,578 juta boks dibagikan di Madinah dan 476 ribu boks dibagikan di Makkah,” sebut Muchlis M Hanafi.
“Sajian katering bercita rasa nusantara ini diantarkan ke jemaah sesuai waktu penyajian untuk dinikmati bersama oleh jemaah, termasuk pasangan suami istri, orang tua dan anaknya, serta disabilitas dan lansia bersama para pendampingnya,” tandasnya.
Akselerasi Nusuk
Muchlis M Hanafi menambahkan, Syarikah dan PPIH Arab Saudi saat ini tengah melakukan akselerasi distribusi kartu Nusuk. Menurutnya, kartu Nusuk sangat penting bagi jemaah karena menjadi semacam “paspor perhajian” yang dibutuhkan dalam setiap tahapan dan aktivitas perhajian.
“Masalah akselerasi distribusi kartu Nusuk sudah kita bahas bersama dengan pihak Kementerian Haji dan Umrah Saudi bersama pihak Syarikah. Sampai saat ini, ada 92.437 jemaah yang tiba di Arab Saudi. Namun, masih ada kartu Nusuk yang belum tersalurkan ke jemaah,” sebut Muchlis M Hanafi.
“Hasil rapat dengan Kemenhaj dan para Syarikah, kita bersepakat bahwa tim Syarikah dibantu petugas PPIH akan bersinergi agar dapat segara membagikan kartu Nusuk kepada jemaah haji Indonesia yang belum mendapatkannya," sambungnya,
Ditambahkan Muchlis, pihaknya dalam beberapa hari terakhir sebenarnya sudah melakukan akselerasi. Hal itu berjalan efektif sehingga makin banyak jemaah yang sudah mendapatkannya.
"Kami melakukan akselerasi agar pendistribusian lebih cepat. Alhamdulillah setelah ada akselerasi, distribusi dan aktivasi kartu Nusuk capaianya meningkat," papar Muchlis M Hanafi.
“Jemaah yang saat tiba di Makkah belum mendapatkan kartu Nusuk, tetap bisa melaksankan umrah wajib dengan pendampingan dari pihak Syarikah,” lanjutnya.
Pemerintah Arab Saudi, kata Muchlis, memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap jemaah haji ndonesia. Sebab, Indonesia merupakan negara dengan jumlah jemaah haji terbesar. Karenanya, sinergi Indonesia dan Saudi sangat penting dalam menyukseskan penyelenggaran haji. Hal itu lah yang mendasari dilakukannya rapat bersama untuk membahas solusi atas beragam persoalan yang muncul.
"Kami tidak lagi mencari siapa yang salah, tetapi bagaimana mencari solusi bagi persoalan yang muncul di lapangan ini," tandasnya.
15 Mei 2025
Pemerintah Fasilitasi Badal Haji Bagi Jemaah yang Wafat, 140 Petugas Disiapkan
Makkah (PHU) — Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Zaenal Muttaqin menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia terus berkomitmen memberikan layanan terbaik bagi jemaah haji, termasuk dengan memfasilitasi pelaksanaan badal haji bagi jemaah yang tidak dapat melaksanakan wukuf di Arafah karena telah wafat.
“Bagi jemaah yang telah meninggal dunia sebelum wukuf di Arafah, pemerintah Indonesia akan memfasilitasi pelaksanaan badal haji atau mereka akan dibadal hajikan,” terang Zaenal di depan Kantor Urusan Haji Daerah Kerja Makkah pada Rabu (14/5/2025).
“Kriteria jemaah yang dibadalkan hajinya antara lain, jemaah yang meninggal dunia sebelum pelaksanaan ibadah haji, baik saat berada di embarkasi atau embarkasi antara, dalam perjalanan ke Arab Saudi, ataupun setelah tiba di Madinah atau Mekah, tetapi belum sempat wukuf di Arafah,” lanjutnya.
Selain jemaah yang telah wafat, tambah Zaenal, terdapat dua kategori lain yang berhak mendapatkan badal haji, yakni jemaah yang sakit berat sampai tidak mampu disafariwukufkan, serta jemaah yang mengalami demensia atau kehilangan akal.
“Ketiga kondisi ini, sesuai dengan Keputusan Menteri Agama, menjadi dasar bagi pemerintah untuk melaksanakan badal haji,” ungkapnya.
Untuk memastikan pelaksanaan badal haji berjalan dengan baik, Zaenal menjelaskan bahwa PPIH Arab Saudi telah menyiapkan prosedur ketat, mulai dari pendataan jemaah hingga penunjukan petugas pelaksana badal. Petugas yang ditugaskan wajib sudah pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya.
“Setelah pelaksanaan badal, petugas akan menerima haknya sesuai ketentuan, dan pemerintah akan menerbitkan sertifikat badal haji yang menyatakan bahwa jemaah tersebut telah melaksanakan ibadah haji melalui proses badal,” ujarnya.
“Saat ini, telah didata sekitar 140 petugas PPIH, baik dari kloter maupun non-kloter yang berada di Arab Saudi, untuk bersiap melaksanakan badal haji,” tuturnya.
15 Mei 2025
Sudah Lebih 1,5 Juta Boks Makanan Disajikan untuk Dinikmati Jemaah Haji Indonesia
Makkah (PHU) --- Operasional penyelenggaraan ibadah haji sudah berlangsung 13 hari sejak kedatangan perdana jemaah haji Indonesia di Madinah. Tercatat sudah lebih dari 1,5 juta boks yang telah diberikan kepada jemaah haji Indonesia.
Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat hingga saat ini tercatat ada 85.678 jemaah yang sudah terbang ke Madinah dalam 218 kelompok terbang (kloter). Dari jumlah itu, ada 58 kloter dengan 22.748 jemaah yang sudah berangkat dari Madinah dan tiba di Makkah.
Jemaah yang berangkat pada gelombang pertama, akan tinggal terlebih dahulu di Madinah selama lebih kurang delapan sampai sembilan hari. Mereka mendapat layanan tiga kali makan setiap hari. Setelah itu, mereka bergerak ke Makkah. Selama di kota kelahiran Nabi, mereka juga mendapat tiga kali makan sehari.
“Hingga hari ini, total sudah lebih dari 1,5 juta boks katering yang diberikan kepada jemaah haji. Sekitar 1,3 juta boks dibagikan di Madinah dan 200 ribu boks dibagikan di Makkah,” sebut Kepal Bidang Katering Sutikno di Madinah, Rabu (14/5/2025).
“Sajian katering bercita rasa nusantara ini diantarkan ke jemaah sesuai waktu penyajian untuk dinikmati bersama oleh jemaah, termasuk pasangan suami istri, orang tua dan anaknya, serta disabilitas dan lansia bersama para pendampingnya,” sambungnya.
Setiap hari, menu yang disajikan berbeda-beda, baik untuk makan pagi, siang, maupun makan malam. Untuk nasi misalnya, ada nasi gurih, nasi goreng, nasi uduk dan nasi kuning. Tumis sayurnya bermacam-macam, ada wortel, jagung, paprika, jamur, sambal kentang goreng, terong, teri balado, acar timun dan lainnya.
Ada pula lauk kesukaan para jemaah. Ada aneka olahan lauk dengan bahan dasar telur, ikan, ayam dan daging. Aneka olahan telur seperti telur dadar, telur orak-arik, telur balado.
Untuk olahan ayam seperti ayam goreng Kalasan, ayam goreng saus mentega, ayam goreng tepung, ayam panggang, ayam goreng bumbu rica. Sementara aneka olahan ikan seperti ikan patin goreng, ikan tuna cabe hijau, ikan patin bumbu balado. Aneka olahan daging misalnya rendang, semur daging, daging sapi lada hitam, dan bistik daging sapi.
Menu tersebut dilengkapi dengan air mineral dan buah. Semua menu tesajikan ke jemaah dengan kondisi yang masih hangat. Ini karena proses memasak dan mengantarkan ke jemaah tepat waktu.(MRS/MCH)
14 Mei 2025
PPIH Siapkan Katering Jemaah Haji Cita Rasa Nusantara, Apa Saja Menunya?
Makkah (PHU) -- Jemaah haji tahun ini mendapatkan layanan katering sesuai dengan selera Nusantara. Untuk menjaga cita rasanya, PPIH Arab Saudi mendatangkan 475 ton bumbu asli Nusantara dari total kebutuhan 611 ton bumbu. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan tahun 2024 yang baru sekitar 76 ton bumbu.
Untuk memastikan cita rasa makanan dan proses memasaknya, tim Media Center Haji (MCH) PPIH Arab Saudi mengunjungi Dapur Raghaeb di daerah Shauqiah, Makkah milik Mohammad Ghoir, Rabu (14/5/2025). Ada enam chef dari Indonesia di dapur ini, dibantu oleh beberapa asisten, memroses menu katering untuk makan siang.
"Hari ini kita memasak nasi putih, ikan patin goreng dan tumis sayur untuk mwnunmakan siang," kata salah satu chef, Sahrul.
Standar memasak pun tampak sangat higienis. Setiap juru masak dan asisten yang terlibat di proses memasak diharuskan memakai masker, sarung tangan serta celemek. Sementara alat-alat masak berporsi besar terlihat sangat bersih. "Setiap kali habis memasak, semua peralatan dan lantai harus dibersihkan," kata Sahrul.
Lantas apa saja menu yang disajikan? Setiap hari, menu yang disajikan berbeda-beda, baik untuk makan pagi, siang, maupun makan malam.
Untuk nasi misalnya, ada nasi gurih, nasi goreng, nasi uduk dan nasi kuning. Tumis sayurnya bermacam-macam, ada wortel, jagung, paprika, jamur, sambal kentang goreng, terong, teri balado, acar timun dan lainnya.
Ada pula lauk kesukaan para jemaah. Ada aneka olahan lauk dengan bahan dasar telur, ikan, ayam dan daging. Aneka olahan telur seperti telur dadar, telur orak-arik, telur balado.
Untuk olahan ayam seperti ayam goreng Kalasan, ayam goreng saus mentega, ayam goreng tepung, ayam panggang, ayam goreng bumbu rica. Sementara aneka olahan ikan seperti ikan patin goreng, ikan tuna cabe hijau, ikan patin bumbu balado. Aneka olahan daging misalnya rendang, semur daging, daging sapi lada hitam, dan bistik daging sapi.
Menu tersebut dilengkapi dengan air mineral dan buah. Semua menu tesajikan ke jemaah dengan kondisi yang masih hangat. Ini karena proses memasak dan mengantarkan ke jemaah sangat cepat.
"Saya paling suka sambar teri dan telur dadar," kata Miftahurrohmah, salah satu jemaah asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Ia mengaku puas dengan layanan katering yang disediakan. "Cocok dengan lidah saya," katanya.(iqo/MCH)
14 Mei 2025
Cerita Kegembiraan Juru Masak Katering, Bisa Berkhidmat Melayani Tamu Allah
Makkah (PHU) --- Pemilik dan puluhan pegawai Dapur Raghaeb, daerah Shauqiah Makkah, menyambut hangat kedatangan tim Media Center Haji (MCH). Mereka mempersilakan tim MCH untuk memasuki area dapur, untuk meliput proses produksi katering jemaah haji Indonesia.
Beberapa di antaranya menyambut kami dengan sambutan yang berbeda dengan yang lain. Rupanya mereka adalah juru masak dari Indonesia. Begitu kami menyapa, mereka menampakkan raut wajah bahagia. Kami pun leluasa bercakap-cakap dan mewawancarai mereka dalam Bahasa Indonesia. Mereka terlihat gembira, serasa kembali ke kampung halamannya.
Setidaknya ada enam juru masak WNI di dapur ini. Mereka berstatus sebagai TKI yang telah tinggal di Arab Saudi selama bertahun-tahun. Salah satunya adalah Muhammad Toha. Pria berusia 42 tahun ini adalah kelahiran Rangkasbelitung, Banten. Dia telah bekerja di Arab Saudi selama 15 tahun.
"Saya telah bekerja di Arab Saudi sebagai juru masak selama 15 tahun," kata Toha ketika diwawancara, Rabu (14/5/2025).
Baginya, menjadi bagian dari kesuksesan penyelenggaraan haji Indonesia tahun ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Walaupun perannya tidak banyak diketahui banyak orang, karena ia bekerja di balik layar.
Toha mengungkapkan kegembiraannya bisa berkhidmat kepada jemaah haji. "Saya merasa bangga dan senang sekali bisa ikut melayani tamu-tamu Allah," kata Toha.
Selain musim haji, sehari-hari Toha bekerja di salah satu Restoran di Jeddah. Namun bisa saja berpindah restoran sesuai dengan permintaan pemiliknya. Menjadi penopang hidupnya yaitu istri dan satu putra, Toha harus merelakan dirinya bisa pulang dua tahun sekali. "Kalau pulang saya merasa harus bawa uang jajan yang cukup. Jadinya bisa pulang dua tahun sekali saat lebaran," kata dia.
Walaupun telah 15 tahun bekerja, Toha mengaku baru berhaji sekali. Meskipun tahun ini belum bisa berhaji karena harus berjibaku dengan layanan katering jemaah haji, ia sudah merasa cukup bisa merasakan suasana dan gairah haji tahun ini.
Hal yang sama juga dirasakan oleh juru masak lainnya., Sahrul. Pria berusia 38 tahun ini asli Lombok NTB. Ia mengaku sudah 7 tahun bekerja sebagai juru masak di Arab Saudi.
Sahrul merasa senang bisa terlibat dalam penyelenggaraan katering jemaah haji Indonesia. Memberikan manfaat bagi jemaah adalah tujuan utamanya. "Saya merasa senang karena bisa berkontribusi dan bisa memberikan manfaat untuk jemaah haji Indonesia," katanya.
Menurutnya, sebagai orang yang terlibat dalam penyediaan katering ia harus memberikan layanan yang maksimal. Beruntunglah, ketrampilan memasak yang ia dapatkan dari orang tuanya di kampung dan restoran di Indonesia sebelum ia bekerja di Arab Saudi, menjadikannya tidak gagap ketika memasak menu khas Indonesia untuk jemaah haji.
Sahrul yang memiliki tiga putra di kampung ini pun berharap, semoga jemaah haji merasa puas dengan layanan katering selama di Makkah.(iqo/MCH)
Populer
19 Apr 2025
Dirjen PHU Buka Bimbingan Manasik Haji Nasional: Dorong Kemandirian Jemaah sebagai Pilar Ketahanan
23 Apr 2025
Hadiri Pelantikan PPIH Embarkasi Lombok, Dirbina UHK: Berikan 3 Senyum untuk Jemaah
28 Apr 2025
Pelunasan Biaya Haji Reguler Diperpanjang Hingga 2 Mei untuk Tiga Provinsi
7 Mei 2025
Lindungi Jemaah, Dirjen PHU Imbau PIHK Miliki Mitra Rumah Sakit di Saudi
28 Apr 2025
Aturan Saudi Ketat, Kemenag Imbau Jemaah Jangan Tertipu Tawaran Visa Non Haji
7 Mei 2025
Menag Resmi Lepas PPIH Daker Makkah di Asrama Haji Cipondoh
4 Mei 2025
Presiden Prabowo Resmikan Terminal Khusus Haji dan Umrah di Bandara Soetta