Payung Teduh Sambut Tamu Allah di Madinah

16 Mei 2025 oleh Husni Anggoro | dilihat 353 kali

Madinah (PHU) --- Sinar mentari Madinah jatuh lurus dari langit, memantul ke aspal bandara yang panas dan berdebu. Suhu di luar mencapai 44 derajat Celsius, cukup membuat peluh mengucur hanya dalam hitungan menit. Namun di tengah terik yang menyengat itu, sekelompok petugas berseragam biru muda dengan lambang merah putih di lengan kanan, tetap berdiri tegak di pelataran Terminal Fast Track Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Selasa (13/5/2025).

Di tangan mereka, tergenggam payung-payung yang terbuka lebar. Mereka adalah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Bandara. Mereka bersiaga menyambut tamu-tamu Allah yang baru tiba dari Tanah Air.

Setiap hari, selama delapan jam penuh, para petugas ini berjaga. Menyambut, membimbing, dan memayungi jemaah haji Indonesia yang baru mendarat. Mereka berdiri di jalur keluar bus, menjemput satu per satu jemaah—terutama para lansia—dengan uluran tangan dan naungan payung.

Ada empat terminal yang menjadi areal kerja para petugas ini di Bandara AMAA Madinah. Terminal fast track, Terminal Internasional, Terminal Haji, dan Terminal Zero.

Waktu di ponsel pintar saya baru menunjukkan pukul 10.15 WAS. Tapi terik sudah terasa amat menggigit kulit. Apalagi, di terminal fast track.

Artinya, baru dua jam dari delapan jam waktu kerja shift pertama di hari itu. "Rasa panas itu pasti, tapi lelahnya jadi ringan kalau melihat senyum jemaah," tukas salah seorang petugas pria yang tergabung dalam Sektor 1 Daker Bandara.

Di tengah suhu yang bisa mencapai 42 hingga 44 derajat, para petugas tetap bergerak lincah. Mereka tahu, tugas mereka bukan sekadar teknis pelayanan, tapi bagian dari ikhtiar melayani para tamu Allah dengan hati yang tulus.

Risa, petugas perempuan yang setiap hari bertugas di jalur fast track, mengaku pernah merasa hampir pingsan karena panas dan dehidrasi. "MasyaAllah, terik sekali, baju pun sampai lepek begini kalau tugas pagi sampai siang," tuturnya.

Tapi semangatnya kembali saat melihat seorang nenek jemaah menggenggam tangannya erat sambil menangis haru.

“Itu jadi penguat. Kami sadar, ini bukan pekerjaan biasa. Ini amanah,” ujar Risa yang bertugas sebagai Sekretaris Sektor 1 Bandara ini.

Selama kurang lebih tiga puluh menit, Risa dan timnya melayani proses kedatangan jemaah fast track. Bolak balik, dengan payung di tangan, mereka menembus teriknya langit Madinah mengantar jemaah menuju bus-bus.

Terminal Fast Track memang mempersingkat proses imigrasi jemaah, tapi para petugaslah yang memperhalus pengalaman spiritual ini. Di balik keringat yang menetes, ada keikhlasan yang tak bisa diukur. Mereka tak hanya membuka payung, tapi juga membuka hati untuk melayani.

Langkah mereka mungkin sederhana, hanya beberapa meter dari pintu keluar fast track menuju tempat parkir bus. Tapi langkah itu mengandung makna mendalam, sebuah sambutan teduh di tengah panasnya padang, untuk para tamu Allah yang datang dengan harap dan doa.