Usai Jalani Puncak Haji, Jemaah Diimbau Jaga Kondisi dan Sesuaikan Aktivitas

30 Jun 2024 oleh Winda Galuh Desfianti | dilihat 4181 kali

Madinah (Kemenag) --- Jemaah haji Indonesia diimbau menjaga kondisi fisik usai melaksanakan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jemaah juga diimbau menyesuaikan aktivitas dan tidak memaksakan diri selama berada di Kota Madinah.

Pesan ini disampaikan Kasi Kesehaatan Derah Kerja (Daker) Madinah, Dr. Karmijono di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Sabtu (29/06/2024).

Operasional haji 1445 H/2024 M memasuki tahap pemulangan ke Tanah Air dan pergeseran ke Madinah. Jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang I secara bertahap dipulangkan dari Makkah menuju Tanah Air melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah sejak 22 Juni 2024. Sementara jemaah haji yang berangkat pada gelombang II, secara bertahap diberangkatkan dari Makkah menuju Madinah sejak 26 Juni 2024. Pemulangan jemaah haji gelombang II dari Madinah ke Tanah Air akan mulai berlangsung pada 4 Juli 2024.

“Jemaah haji semua sudah dalam kondisi kelelahan capek. Petugas yang mendampingi dan mengawal jemaah juga dalam kondisi kelalahan. Sehingga, sebaiknya begitu sampai ke Madinah upayakan untuk istirahat sampai bugar. Karena ibadahnya (haji) Bapak-Ibu sudah selesai di Makkah,” tuturnya.

“Jemaah saat berada di Madinah ini tinggal bersenang-senang (menikmati proses ibadah sesuai kemampuan fisik, -red), memulihkan kekuatan supaya nanti kembali ke tanah itu dengan wajah yang lebih bugar. Kalau bersenang-senang ternyata sakit itu berarti salah senang-senangnya. Artinya jangan memaksakan diri untuk hal-hal menjalani ibadah sunnah, tetapi mengabaikan kondisi kesehatan,” lanjutnya.

Karmijono menyampaikan faktor kelelahan memicu jamaah jatuh sakit. Karenanya, ia mengimbau jemaah untuk menyesuaikan aktivitasnya selama di Madinah.

“Ini masih lanjutan jemaah yang mengalami kelelahan setelah Armuzna. Kuncinya adalah kita harus menjaga jemaah agar jangan terlalu kelelahan. Aktivitasnya harus disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing jemaah,” jelas Karmijono.

Menurutnya, jemaah pada umumnya tidak mengaku dirinya merasa sakit. Jika ditanya, jawabnya selalu tidak merasa apa-apa. Padahal kondisinya mulai tidak ingin makan dan minum, misalnya.

“Kondisi demikian membuat tubuh semakin rentan dan harus segera dikonsultasikan ke petugas kesehatan. Andaikan diperlukan untuk dirujuk ke rumah sakt Saudi, tentu akan kita rujuk,” pungkasnya.