Kisah Duka Usai Wukuf, Annisa Jemaah UPG 06 Tetap Tegar Pulang Setelah Rumah Dilalap Api

14 Jun 2025 oleh Husni Anggoro | dilihat 1097 kali

Jeddah (PHU) — Momen hari kemenangan yang sejatinya dirayakan dengan penuh suka cita berubah dalam hitungan detik. Kabar duka dari Tanah Air bertubi-tubi masuk di ponsel milik Annisa, jemaah haji Kloter 06 UPG.

Rumahnya ludes terbakar, Jumat dini hari jelang salat Idul Adha di Takkalalla, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Rumah kayu yang selama ini menjadi pelindung dari terik dan hujan menjadi puing-puing rata dengan tanah.

Suami dan anaknya hanya bisa menyelamatkan sepeda motor yang terparkir di kolong rumah. “Semua pakaian dan barang berharga tak ada yang bisa diselamatkan,” kata Annisa di Bandar Udara King Abdul Aziz, Jeddah, Sabtu (14/6/2025) sebelum bertolak ke Tanah Air.

Atas kabar itu, Annisa yang sedang berjalan di Jamarat hendak melontar jumrah langsung lemas sempoyongan.

Tumpuan kakinya terasa tak mampu melangkah. Semuanya tiba-tiba terasa berat. Batu kerikil yang hendak di lempar di tiang Jamarat seperti menjadi beban yang berkilo-kilo.

“Berat Pak, rasanya saat kabar itu bertubi-tubi saya terima dari sanak keluarga. Minta bersabar,” ucap Annisa mengingat kembali pesan di hari yang tak bisa dilupakan itu.

Ia yang berhaji tanpa suami, Supardi, hanya bisa menangis sesunggukan di tengah jutaan orang melangkah mendekati Jamarat. Ibu Eli Rahmani, rekan sekamarnya yang selalu bersama selama di Tanah Suci terus memberi semangat.

“Ini cobaan. Sabar Bu, kita lagi dicoba. Mari kita berdoa semoga di balik semua itu ada hikmahnya,” pesan Ibu Eli, yang terus berada di sampingnya.

Seusai melontar jumrah, Annisa mencoba menepi di tempat yang lebih sepi dari jemaah sekaligus menenangkan diri untuk menjaga tekanan darah kumat.

“Saya punya riwayat tensi yang tinggi Pak, sehingga suami dan anak saya tidak mengabari malam setelah kejadian. Justru informasi saya terima dari rekan tetangga dan keluarga dekat,” ujar ibu satu anak ini mencoba mengusap air mata yang perlahan menetes di wajahnya.

Sepulang di Tenda Mina, rekannya Ibu Eli menyampaikan kabar duka itu ke grup kloter. Satu persatu datang mendekati sekaligus memberi semangat dan harapan.

Tak lupa, petugas pembimbing ibadah haji yang juga Kepala Kemenag setempat,H Musriadi berinisiatif untuk menjalankan list bantuan dari semua jemaah asal Soppeng di kloter tersebut. “Alhamdulillah, ada yang bisa dikumpulkan dari jemaah untuk mengurangi beban duka keluarganya,” tambah Ibu Eli.

Annisa mengaku tetap akan langsung ke rumahnya di kampung, meskipun itu harus tidur di bawah tenda. “Saya pergi dilepas di rumah saya, maka pantang bagi orang Bugis untuk tiba bukan di rumah sendiri,” katanya.

Ia juga tak tahu harus berbuat apa ketika sampai di sana. Ia hanya menerima pasrah bahwa cobaan ini akan ada hikmah di balik semua itu. (mch/sgenda)