Tiga Hal Perlu Dilakukan Jemaah Haji saat di Madinah

19 Mei 2025 oleh Husni Anggoro | dilihat 443 kali

Madinah (PHU) --- Jemaah haji Indonesia yang diberangkatkan pada gelombang I akan tinggal terlebih dahulu di Madinah. Sementara jemaah haji yang berangkat pada gelombang II akan menuju Makkah terlebih dahuli, baru ke Madinah usai menunaikan ibadah haji.

Pembimbing Ibadah Daerah Kerja (Daker) Madinah Prof. Aswadi mengatakan, ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh jemaah saat berada di Kota Nabawi. Pertama, memberikan salam hormat dan salam sejahtera kepada Rasulullah dan para sahabatnya. Caranya, dengan memperbanyak salawat, dan memohon kepada Allah Swt., supaya mendapatkan syafaat dari Rasulullah Saw.

"Di Madinah, di sisi kita, ada Baginda Rasul sebagai pemimpin alam semesta ini. Sayyidul anbiya wal mursalin, orang yang paling mulia di antara sekian ciptaan yang Allah jadikan di muka bumi ini," jelas Aswadi di Madinah, Senin (19/5/2025).

“Karena itu, ketika hadir di Madinah, tentunya para jemaah ini harus memberikan salam hormat kepada Baginda Rasul beserta para Sahabat Amirul Mukminin, Sahabat Abu Bakar, Sayyidina Umar bin Khattab, bahkan juga diteruskan ke makam para syuhada di Baqi',” sambungnya.

Hal kedua yang perlu dilakukan jemaah haji saat di Madinah adalah salat berjamaah. Sebab, salat menjadi representasi dari semua ibadah lainnya. Kalau salatnya bagus, insya Allah (amal ibadah) lainnya akan ikut bagus. Disiplin dalam berjamaah juga bisa menertibkan aktivitas keseharian.

"Jangan sampai (salat) ditinggalkan, sungguhpun itu jemaah yang masih dalam kondisi sakit. Kita juga memberikan tuntunan supaya yang sakit itu melaksanakan salat sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ia miliki," jelasnya.

Ketiga, lanjut Aswadi, adalah zikir dan ibadah di Raudlah. Sebab, Raudlah merupakan taman surga. Prof Aswadi lalu merujuk hadis nabi yang maknanya... "di antara rumahku dan mimbar itu adalah taman surga."

"Harapan saya, orang-orang yang masuk Raudlah itu meskipun hanya sekali tapi disertai penuh kekhusyukan dan berkualitas. Manfaatnya tidak hanya bisa mengubah mata batinnya, tetapi juga tutur kata, bahkan perilaku dalam kehidupannya itu akan menjadi bercahaya, dan mencerahkan orang lain, untuk bisa memaknai hidup ini semakin bermanfaat untuk yang lain," terang Aswadi.

"Kalau sekiranya umat Islam ini benar-benar memanfaatkan ibadah di Raudlah kemudian memohon bukan hanya untuk dirinya, titipan-titipan dari yang lain juga dimohonkan, maka insyaallah ketenteraman ini senantiasa melimpah pada bangsa Indonesia. Akhirnya, menjadi bangsa yang damai, bangsa yang sejahtera sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Quran sebagai 'baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur', itu tercipta", demikian Aswadi memungkasi.(DA/MCH)