ASN Diminta Miliki Karakter Beragama

14 Agu 2024 oleh Winda Galuh Desfianti | dilihat 7523 kali

Bogor (PHU) – Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya ASN Kementerian Agama diminta memiliki karakter khususnya karakter beragama. ASN Kemenag yang juga garda terdepan dalam melayani ditengah masyarakat menjadi sebuah prioritas Kemenag dalam memperdalam pengetahuan dalam bersikap ditengah-tengah. Salah satunya yaitu bagaimana ASN menerapkan proses moderasi beragama.

Demikian ditegaskan Kepala Biro Kepegawaian Kementerian Agama RI, Wawan Djunaedi pada Acara Orientasi Penguatan Moderasi Beragama, Rabu (14/08/2024) yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat.

Wawan menuturkan, perluasan perspektif yang dilakukan oleh Kementerian Agama dilakukan melalui beberapa pelatihan dalam memperkuat karakter profil Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Pemenuhan kualifikasi ASN ternyata bukan hanya dalam sisi setelah perekrutan semata, namun juga pelatihan pegawai setelahnya. Kita berkumpul dalam satu instansi besar dengan berbagai latar belakang, budaya, dan agama. Asal kita mungkin berbeda, tetapi penguatan profil pegawai tentu harus satu,” terang Wawan.

“Bisa kita lihat dari Perusahaan raksaksa di Indonesia saat ini, dalam membentuk karakter profil pegawainya itu mereka nggak main-main. Ketika rekrutmen yang di tracking itu jejak digital calon pegawainya. Karena mereka mencegah orang-orang toxic. Setelah itu, perlu ada pelatihan tentang bagaimana menghadapi konsumen. Karena dari beberapa kesalahan kecil, bisa menjadi pemicu sentimen negatif terhadap Perusahaan,” lanjut Wawan.

Tata krama (Manner), kata Wawan adalah cara berperilaku kepada konsumen maupun cara ASN bersosialisasi di masyarakat juga perlu dibentuk. Salah satu karakternya adalah moderasi beragama, bagaimana urusan beragama ditengah masyarakat sehingga dapat tangani dengan baik.

“Mungkin banyak yang bertanya, kenapa butuh moderasi beragama? Bisa kita lihat bahwa akhir-akhir ini muncul konflik sosial bernuansa agama, konflik ekonomi bumbu agama, konflik sekitar yang bukan berhubungan dengan agama tetapi yang terseret adalah faktor agama. Karena sering adanya konflik, walaupun tidak ada hubungannya dengan agama tapi terseretnya isu agama, maka akan memperbesar potensi terbelahnya harmoni sosial masyarakat,” jelasnya

Karena adanya permasalahan dan adanya konflik yang sedang marak saat ini, kehadiran ASN sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu ASN harus lebih meluaskan sudut pandangnya dan lebih bijak dalam menyikapi. Karena, bisa jadi konflik-konflik ini bersumber dari egosentris pribadi semata.

“Dalam lingkungan masyarakat, gerakan konflik itu kadang aja saja. Tapi yang perlu kita redam adalah penyebabnya sampai akar bukan pemicunya. Karena apakah pemicu sakit kepala karena kurang tidur saja? Pasti penyebabnya ditimbulkan oleh banyak hal. Karena itu, kita perlu menghargai sudut pandang orang lain. Semoga banyak hal dapat dipedomani dalam proses orientasi ini dan menjadikan kita ASN berkarakter khususnya dalam beragama,” tutup Wawan.

Turut hadir Ketua Tim Bagian Organisasi, Kepegawaian dan Hukum (OKH) Ditjen PHU sekaligus Ketua Penyelenggara Orientasi Penguatan MB, kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta dengan rincian 1 orang pegawai Ditjen PHU, 24 pegawai Bidang PHU Kantor Wilayah Kemenag Provinsi, 22 pegawai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji, dan 3 orang pegawai dari Kantor Kemenag Kabupaten/Kota terdekat yakni Kabupaten Bogor, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

Editor : Husni Anggoro | Fotografer : Winda GD