Jemaah Haji Lansia Diimbau Tidak Memforsir Diri Saat Beribadah di Madinah

6 Mei 2025 oleh Husni Anggoro | dilihat 3402 kali

Madinah (PHU) – Hari kelima kedatangan jemaah haji Indonesia di Madinah. Berdasarkan data Siskohat pukul 07.00 Waktu Arab Saudi, sebanyak 34.272 jemaah haji reguler telah tiba. Dari jumlah itu, 7.376 di antaranya adalah jemaah lansia, atau sekitar 21,5 persen dari total yang sudah datang.

Melihat proporsi lansia yang cukup besar, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi langsung memperkuat sistem layanan dengan pendekatan ramah lansia dan inklusif. Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis Hanafi, menjelaskan bahwa perhatian terhadap jemaah lansia, disabilitas, dan risiko tinggi menjadi prioritas sejak hari pertama kedatangan.

“Petugas-petugas kita sudah disiapkan khusus untuk menangani lansia. Bahkan orang yang baru pertama kali ke luar negeri pun bisa bingung. Apalagi lansia,” jelas Muchlis saat ditemui di Kantor Daker Madinah, Senin malam (5/5) pukul 23.00 Waktu Arab Saudi.

Ia menekankan bahwa pendampingan adalah kunci utama pelayanan bagi lansia. Pendekatan ini diterapkan tidak hanya dalam aktivitas ibadah di Masjid Nabawi, tetapi juga saat mobilisasi dan penginapan.

Muchlis juga memberikan imbauan penting: jemaah lansia diminta tidak memforsir diri untuk ibadah berlebihan sejak di Madinah. Sebab, fase ibadah paling berat justru berada di Makkah saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

“Jangan sampai sekarang mereka terforsir, nanti pada saat puncaknya kesehatannya tidak baik. Ini yang kita jaga betul,” tegasnya.

Selain soal mobilitas, aspek konsumsi juga menjadi sorotan penting. PPIH menerima keluhan bahwa beberapa makanan yang disajikan dinilai tidak ramah lansia, terutama karena terlalu pedas atau penggunaan bumbu yang kurang sesuai. Muchlis langsung melakukan evaluasi.

“Intinya, makanan ini bukan cuma halal, tapi juga harus baik dikonsumsi oleh lansia. Gizinya terpenuhi, tepat waktu penyajiannya, dan rasanya tidak menyulitkan,” kata Muchlis.

Ia menjelaskan bahwa sejak sebelum Ramadan, pihaknya sudah melakukan uji standar bumbu dan menyiapkan tim konsumsi yang terdiri dari tenaga ahli, termasuk dari Poltekpar Bandung. Namun, penyesuaian tetap bisa dilakukan di lapangan.

Jemaah yang memiliki kebutuhan konsumsi khusus, termasuk lansia yang dalam pemantauan medis, bisa melapor ke petugas hotel. Tim konsumsi PPIH akan melakukan monitoring dan evaluasi setiap hari, termasuk menyesuaikan menu jika diperlukan.

Dengan kedatangan yang masih akan terus berlangsung hingga mencapai 203.320 jemaah, pendekatan pelayanan yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan lansia menjadi bagian penting dalam keberhasilan operasional haji 2025. Terutama, agar para jemaah yang telah menunggu bertahun-tahun untuk berhaji dapat menjalaninya dengan aman, nyaman, dan khusyuk.