Ketua PPIH Arab Saudi : Nusuk Adalah Nyawa Kedua Jemaah, Tanpa Kartu Ini Ibadah Haji Bisa Tertahan

6 Mei 2025 oleh Husni Anggoro | dilihat 3733 kali

Madinah (PHU) – Paspor memang dokumen penting sebagai identitas warga negara Indonesia saat di nergara lain, termasuk selama di Tanah Suci. Namun, dalam konteks pelaksanaan ibadah haji 2025, ada satu kartu yang perannya justru jauh lebih krusial: Kartu Nusuk.

Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang juga Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag, Muchlis Hanafi, saat ditemui usai rapat koordinasi bersama tim Daker Madinah di kantor Daker, Senin malam (5/5) pukul 23.00 Waktu Arab Saudi atau sekitar pukul 03.00 WIB.

“Nusuk ini seperti nyawa kedua jemaah. Bahkan, dalam konteks operasional ibadah haji, 'lebih penting' daripada paspor,” ujar Muchlis.

Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Tanpa membawa Kartu Nusuk, seorang jemaah tidak akan diizinkan masuk ke wilayah Makkah, apalagi mengikuti rangkaian puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Bahkan, layanan lain selama di Tanah Suci pun terintegrasi dengan kartu ini.

Data Siskohat pada Selasa pagi (6/5) pukul 06.00 Waktu Arab Saudi (pukul 10.00 SIB), tercatat 86 kloter dengan total 33.475 jemaah sudah tiba di Madinah dari target 203.320 calon jemaah.

Artinya, akan ada lebih dari 400 kloter lagi yang menyusul, ditambah jemaah dari negara lain. Kepadatan Madinah dan Masjid Nabawi tak terelakkan. Maka, keberadaan dan penggunaan Kartu Nusuk menjadi sangat vital.

Untuk informasi, kartu Nusuk adalah identitas digital resmi dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi sejak 2024. Bentuknya berbahan PVC berukuran panjang, dengan dominasi warna putih-cokelat, berisi foto jemaah, kode QR, dan nomor visa. Fungsi utamanya adalah verifikasi jemaah resmi untuk mencegah masuknya jemaah ilegal.

Setibanya di hotel, Kartu Nusuk akan dibagikan maksimal dalam waktu 1x24 jam oleh syarikah atau perusahaan penyedia layanan haji. Proses distribusi bahkan disertai pemotretan sebagai bukti serah terima.

Lantaran pentingnya dokumen ini, Muchlis menekankan agar Kartu Nusuk selalu dikalungkan oleh jemaah ke manapun mereka pergi. Ini tidak hanya memudahkan identifikasi jika tersesat, tetapi juga menyelamatkan mereka dari potensi penolakan di berbagai titik layanan.

Jika hilang, proses penggantian tidak mudah dan membutuhkan pelaporan ke petugas hotel, kloter, hingga koordinasi ulang dengan pihak syarikah. Bahkan, jemaah bisa tertahan dalam perjalanan ke Armuzna jika tidak memiliki kartu ini.

“Saya minta petugas terus edukasi jemaah. Ini bukan sekadar kartu, tapi tiket utama untuk seluruh proses ibadah haji. Karena nusuk ini lebih lengkap dari paspor,” tegas Muchlis.

Dengan arus kedatangan yang masih panjang, serta sistem keamanan yang ketat di seluruh titik layanan ibadah, pemahaman dan kedisiplinan jemaah dalam menjaga kartu Nusuk menjadi kunci. Karena kali ini, satu lembar kartu bisa menentukan kelancaran seluruh rangkaian haji mereka. (mch2025)