Dari Gelaran Dev-X, Kemenag Ungkap Tantangan Haji 2024

6 Jan 2024 oleh Mustarini Bella Vitiara | dilihat 28710 kali

Jakarta (PHU) --- Kementerian Agama menyebutkan ragam tantangan dalam penyelengaraan haji 1445H/2024M.

Tantangan ini disampaikan Direktur Bina Haji Ditjen PHU Kementerian Agama Arsad Hidayat dalam DEVTALX atau talkshow bertajuk "Haji 2024, Dinamika dan Tantangan Dalam Layanan".

Talkshow yang dihadiri ratusan peserta ini digelar di hari pertama Kemenag Devotion Experience (Dev-X) di Jakarta Convention Center (JCC).

Selain Arsad Hidayat, talkshow ini menghadirkan narasumber Ketua Tim Kerja Strategi, Kebijakan, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Pusat Kesehatan Haji, dr. Andi Ardjuna Sakti, serta perwakilan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus, Wawan Ridwan Misbach.

Dikatakan Arsad Hidayat, bicara tentang haji itu memang menarik. Pertama, haji mengelola uang yang banyak. Kedua, waktunya bersamaan sehingga potensi permasalahan setiap tahun itu selalu ada.

"Tantangan haji di Indonesia itu sangat beragam. Pertama, mulai dari antrean haji yang mencapai 48 tahun seperti di Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Dan ini menjadi fenomena umum hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Kedua, BIPIH naik 6 juta akibat menyesuaikan dengan kurs dolar," ujar Arsad mengawali, Jumat (5/1/2024).

"Meskipun kurs dolar naik, Jemaah Haji tahun 2024 akan mendapat katering selama tinggal di Arab Saudi. Jadi mulai dari jemaah datang hingga pulang ke Tanah Air mendapat katering," sambung Arsad.

Talkshow tantangan haji 2024 ini dipandu oleh seorang aktris, musisi dan pengusaha travel umrah, Sahrul Gunawan.

Ditambahkan Arsad, tantangan ketiga adalah angka Jemaah Haji wafat pada tahun 2023 mencapai 800 orang jemaah. Ini juga menjadi tantangan bagi jemaah dan petugas haji untuk tahun 2024.

"Kemudian keempat, ada anggapan bahwa akses rekrutmen petugas hanya terbatas dan hanya untuk Kementerian Agama. Anggapan ini saya tegaskan keliru dan tidak benar," tegas Arsad.

Dijelaskan Arsad, rekrutmen petugas haji terbuka untuk umum dan Kemenag melakukan tes melalui aplikasi Computer Assisted Test (CAT).

"Penuhi syaratnya, ikuti tesnya dan langsung keluar nilainya. Jadi tidak ada yang namanya intervensi. Hasil CAT-lah yang menentukan seseorang itu lanjut mengikuti tahapan selanjutnya," ujar Arsad.

Tantangan haji 2024 yang lain, sebut Arsad, diantaranya banyak jemaah lanjut usia (lansia) berangkat tanpa pendamping.

"Tahun 2024 Jemaah Haji Lansia yang akan berangkat ke Tanah Suci sebanyak 45 ribu jemaah. Jadi, petugas yang terpilih nanti harus siap-siap mengendong jemaah, menyuapi makan jemaah dan melayani jemaah pansia sepenuh hati," ujarnya.

Tantangan selanjutnya, tambah Arsad, yakni orientasi manasik hanya masalah ibadah, doa dan harapan serta jemaah butuh istirahat sebelum berangkat ke Tanah Suci.

"Haji 2024 masih di musim panas. Tenda Mina akan lebih padat. Layanan di Muzdalifah bermasalah pada tahun 2023. Layanan katering belum memenuhi harapan jemaah," kata Arsad.

Begitu juga dengan terganggunya akses transportasi shalawat di Mahbas Jin karena harus berbarengan dengan jemaah negara lain.

"Terakhir pemotongan Dam jemaah haji masih dilakukan secara sporadis dan belum dikelola dengan baik," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Kerja Strategi, Kebijakan, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Pusat Kesehatan Haji, dr. Andi Ardjuna Sakti, memaparkan latar belakang mengapa jemaah harus menjaga kesehatan.

Menurut Andi Ardjuna Sakti, latar belakang tersebut akibat masa tunggu yang lama, aktivitas fisik, perjalanan yang lama, cuaca dan tingginya angka kesakitan dan kematian jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.