Jakarta (PHU) —- Penyelenggaraan Bahtsul Masail Perhajian Indonesia Tahun 2023 memasuki hari kedua. Pada sesi pembukaan, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengajak para peserta untuk menilik kembali sejumlah isu strategis dalam pelaksanaan ibadah haji dengan mengikuti perkembangan zaman.
“Pertama terkait dengan fenomena jemaah lansia, yang mana berdasarkan data dari Siskohat fenomena ini akan selalu mewarnai penyelenggaraan haji tiap tahunnya. Ini menjadi salah satu pertimbangan kita untuk melihat kembali kebijakan pelaksanaan manasik Jemaah Haji,” kata Arsad dalam arahannya di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Arab Saudi, sambung Arsad, saat ini tengah melakukan pergusuran sejumlah hotel di Kota Madinah sehingga mengakibatkan penurunan yang sangat drastis terhadap jumlah hotel yang dapat ditempati oleh Jemaah Haji.
“Namun di saat yang sama, Pemerintah Arab Saudi ternyata belum menyiapkan suatu alokasi hotel untuk menggantikan jumlah hotel yang dibongkar. Ini menyebabkan jumlah tempat tinggal Jemaah Haji di Madinah mengalami penurunan yang sangat drastis dan berakibat pada kenaikan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), khususnya dalam masalah penempatan Jemaah Haji atau biaya Jemaah Haji per individu,” terang Arsad.
Ia menilai beberapa kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang saat ini diberlakukan telah berorientasi kepada peningkatan layanan kepada Jemaah Haji. “Cenderung kepada bagaimana penyelenggaraan ibadah haji yang dikelola oleh setiap negara harus berorientasi kepada peningkatan layanan, tidak hanya fisik tapi juga non-fisik (ibadah). Sehingga kita juga perlu memiliki visi dan misi yang sama dengan Arab Saudi,” sambung Arsad.
Penyelenggaraan Bahtsul Masail Perhajian Indonesia Tahun 2023 akan mengangkat beberapa tema strategis salah satunya terkait perbaikan tata kelola hewan dam.
“Tema ini merupakan salah satu rekomendasi dari Mudzakarah Perhajian Indonesia yang digelar di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo tahun lalu. Banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam praktik penyembelihan hewan dam membuat para ulama prihatin,” pungkas Arsad.
Kondisi ini ditindaklanjuti dalam momentum Rakernas Evaluasi Haji beberapa waktu lalu. “Tahun ini kita akan berupaya menerapkan regulasi terkait pengelolaan hewan dam kepada para Jemaah Haji. Pada Rakernas kemarin seluruh perwakilan KBIHU juga ikut menandatangani kesepakatan ini,” sambungnya lagi.
Distribusi hewan dam yang sudah disembelih, harap Arsad, tidak hanya dinikmati oleh para fuqara di Makkah tetapi juga di Tanah Air. “Alhamdulillah pada pilot project kita kemarin, hasil penyembelihan hewan dam petugas haji dikirim semuanya ke Tanah Air, dan saat ini sudah sampai, dagingnya akan diolah dan selanjutnya kita bagikan kepada yang membutuhkan,” tukasnya.
Selain perbaikan tata kelola dam, rekomendasi lainnya yang tak kalah penting adalah memperketat seleksi terhadap Jemaah Haji yang akan berangkat. “Jadi mereka yang berhak melunasi dan berangkat adalah mereka yang lolos pada seleksi kesehatannya sehingga dapat dikatakan istitha’ah secara badaniyah,” tambah Arsad.
Forum Bahtsul Masail Perhajian Indonesia Tahun 2023 diharapkan dapat menghasilkan solusi atas permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan ibadah haji. Dengan menghadirkan para pakar, praktisi haji, serta peneliti, forum ini juga diharapkan dapat menghasilkan putusan yang kuat berdasar pada teori keilmuan dan juga fakta di lapangan.
Penulis: Mustarini Bella Vitiara
Editor: Tawwabudin