Mina (PHU) — Di tengah padatnya prosesi puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), ada yang berbeda dari Kloter BDJ 09 asal Kalimantan Selatan. Saat bermalam (mabit) di Mina, kloter ini menyelenggarakan sebuah pertunjukan seni tradisional yang kental dengan nuansa lokal dan spiritual: Madihin.
Kegiatan yang digelar Minggu malam ini diprakarsai langsung oleh Ketua Kloter BDJ 09, Ahmad Syarani, dan mendapat sambutan hangat dari para jemaah.
“Madihin ini adalah kesenian tutur khas Banjar yang berisi pantun, pesan moral, edukasi, dan hiburan. Kami hadirkan agar jemaah bisa lebih rileks, bahagia, dan tetap semangat dalam menjalani rangkaian ibadah haji, khususnya di Armuzna yang sangat menguras fisik dan mental,” ujar Ahmad Syarani. Minggu (5/6/2025)
Madihin: Seni yang Menyentuh Ruhani
Madihin dimainkan secara spontan oleh Pemadihin, yakni penutur syair yang menyampaikan pesan dalam Bahasa Banjar, diiringi alat tabuh mirip rebana. Dalam pentas kali ini, tema yang diangkat adalah pengalaman jemaah menjalani prosesi haji, khususnya saat di Arafah dan Mina. Diselipi humor dan sindiran ringan yang menghibur, Madihin berhasil memancing tawa sekaligus renungan dari jemaah.
“Selain hiburan, ini juga jadi medium siraman rohani. Pesan-pesan haji disampaikan lewat budaya yang dekat dengan keseharian mereka,” tambah Syarani.
Respons Positif dan Harapan Spiritual
Jemaah BDJ 09 pun memberikan apresiasi luar biasa terhadap inisiatif ini. Bahkan beberapa di antaranya meminta agar Madihin diadakan kembali untuk mengisi waktu luang di sela ibadah.
“Melalui Madihin, kami mengajak para jemaah untuk tetap sabar, ikhlas, dan gembira. Haji adalah ujian, dan dengan hati yang tenang, ujian itu bisa dilewati dengan lebih ringan,” tutup Syarani.
Kegiatan ini menjadi contoh bagaimana kearifan lokal dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Ketika ibadah bertemu budaya, maka lahirlah ruang yang menyentuh hati—membawa senyum dalam lelah, dan semangat dalam tantangan.