Jeddah (PHU)—Di balik hiruk-pikuk kedatangan jemaah haji Indonesia di Bandara Internasional King Abdulaziz, ada kerja sunyi yang berlangsung sepanjang hari.
Di bawah terik matahari atau larut malam, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Sektor Bandara terus bergerak—menghitung, mencocokkan, dan memastikan ribuan koper jemaah sampai ke Makkah tanpa kekeliruan.
Imam Solihin adalah salah satu petugas yang bertanggung jawab dalam pelayanan bagasi jemaah. Bersama tiga petugas musiman—mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di Jeddah—mereka menjadi garda depan pengelolaan logistik penting ini.
“Keselarasan antara koper dan manifes jadi prioritas. Jangan sampai ada koper yang tertinggal atau salah kirim. Kami tahu betul, isinya adalah hal-hal pribadi yang sangat penting bagi jemaah,” ujar Imam, Kamis (22/5/2025).
Setiap hari, sekitar 19 truk diberangkatkan dari bandara untuk membawa koper besar dan kecil, kursi roda, kursi lipat, dan tongkat ke hotel-hotel di Makkah.
Semua mengikuti alur sistematis yang ditetapkan oleh Kementerian Haji Arab Saudi. Petugas lain, Asep Sodiqin menjelaskan tantangan bekerja di Bandara Jeddah yang berbeda dengan Madinah.
“Di sini, kami menunggu di luar area bagasi. Kadang-kadang koper baru keluar satu jam setelah jemaah tiba, jadi kami standby di pintu keluar,” ujarnya sambil terus menghitung koper dengan alat digital.
Selain menghitung secara digital, data juga dicatat manual. Petugas pencatat seperti Arfan Rasul menyandingkan data dua kali—digital dan tulis tangan.
“Setelah dicocokkan, datanya harus sesuai dengan manifes. Itu yang menjamin jumlah koper sama persis dengan jumlah jemaah yang datang,” ujar Arhan.
Kepala Daerah Kerja Bandara, Abdul Basir, menyebut sistem kerja layanan bagasi dibagi ke dalam tiga sektor dan tiga shift: pukul 08.00–16.00, 16.00–00.00, dan 00.00–08.00 waktu setempat.
“Koordinasi adalah kunci. Semua pergerakan bagasi harus dilaporkan ke Daerah Kerja Makkah. Tujuannya jelas: koper sampai, jemaah tenang,” tegas Basir.