Kemenkes Tegaskan Layanan Kesehatan Haji 2025 Alami Peningkatan Signifikan

29 Jul 2025 oleh Husni Anggoro | dilihat 1873 kali

Serpong (PHU) — Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo, menyampaikan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan jemaah haji Indonesia tahun 1446H/2025M menunjukkan capaian positif. Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1446H/2025M, dengan penekanan pada penguatan upaya promotif dan preventif yang dinilai berhasil menurunkan risiko kesakitan dan kematian jemaah di Tanah Suci.

“Terjadi penurunan kebutuhan layanan kesehatan secara signifikan, baik di Pos Kesehatan Arafah, Muzdalifah, dan Mina maupun pada safari wukuf. Ini menunjukkan bahwa strategi pencegahan yang kami terapkan berjalan efektif,” ujar Liliek saat memberikan paparan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1446H/2025M di Serpong, Tangerang. Selasa (29/7/2025)

Menurutnya, kebutuhan layanan kesehatan di titik-titik krusial ibadah haji seperti Arafah dan Mina menurun sekitar 30 hingga 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, hanya 34 jemaah lanjut usia non-mandiri yang mengikuti safari wukuf, turun dari 53 pada musim haji 2024.

Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) juga mencatat penurunan jumlah kasus pneumonia, penyakit paru obstruktif, dan diabetes melitus dibanding dua tahun terakhir. “Ini hasil dari penguatan tata laksana penyakit serta kesiapsiagaan tim medis kita di lapangan,” jelas Liliek.

Meskipun tercatat 447 jemaah meninggal dunia, ia menekankan bahwa program Istithaah kesehatan menunjukkan hasil positif. “Angka kematian di kelompok usia di bawah 60 tahun menurun. Ini indikasi bahwa istitaah kesehatan sudah berjalan baik,” paparnya.

Penyebab utama kematian masih didominasi oleh penyakit jantung (47,2%), disusul penyakit paru (23,9%) dan syok septik (15,7%).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sekitar 80% jemaah haji tahun ini memiliki komorbid, meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, berkat pembinaan dan pemantauan kesehatan yang intensif, jemaah tetap dapat menjalani ibadah dengan aman. Vaksinasi Covid-19 dan influenza yang difasilitasi oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga turut mendukung ketahanan fisik jemaah.

Upaya pembinaan kesehatan sejak awal menjadi salah satu kunci utama keberhasilan. “Pembinaan kesehatan sejak T-1 tahun sebelum keberangkatan rata-rata mencapai 99,9 persen. Namun yang perlu ditingkatkan adalah pembinaan sejak dua tahun sebelumnya (T+1), yang saat ini baru mencapai 9,7 persen,” ungkap Liliek.

Ia mendorong kolaborasi lintas sektor, termasuk keterlibatan calon petugas haji, asosiasi haji, serta pemda dalam pembinaan jemaah. Pemeriksaan kesehatan gratis, skrining JKN, integrasi data antara Kemenkes, Kemenag, dan BPJS juga akan diperkuat untuk mempercepat proses penetapan istitaah.

“Semakin cepat skrining kesehatan dilakukan, semakin mudah mengendalikan faktor risiko, dan semakin siap jemaah secara fisik dan administratif,” tegas Liliek.

Pusat Kesehatan Haji, tambahnya, akan terus meningkatkan kualitas layanan serta merespons tantangan penyelenggaraan haji, termasuk perubahan kebijakan dari Arab Saudi dan kondisi lingkungan ekstrem di tanah suci.

Dengan semangat kolaborasi dan pembenahan sistemik, Liliek optimistis bahwa pelayanan kesehatan haji Indonesia akan semakin prima dalam melindungi jemaah dan memastikan ibadah mereka berjalan khusyuk, sehat, dan aman.