Jeddah (PHU) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) melobi Arab Saudi untuk mengizinkan empat kloter jemaah haji gelombang kedua asal Indonesia mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Menurut jadwal sebelumnya, empat kloter tersebut hanya diperbolehkan mendarat di Bandara Prince Mohammed bin Abdul Aziz, Madinah.
Kepala Seksi Kedatangan dan Keberangkatan Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah, Cecep Nursyamsi menuturkan, perbedaan pendaratan 4 kloter jemaah haji gelombang kedua ini imbas adanya penambahan kuota haji 10 ribu pada tahun ini.
Otoritas Bandara King Abdul Aziz, tidak memberikan izin mendarat sebagaimana kloter gelombang dua lainnya, akibat keterbatasan slot time penerbangan.
"Pada saat awal kita sudah tidak mendapatkan surat izin untuk 4 kloter. Yang semestinya mendarat di Jeddah pada fase kedua karena tidak dapat tidak dapat maka mendarat di Madinah," jelas dia di Jeddah, Kamis (25/07).
Keempat penerbangan tersebut yaitu UPG 35 (Embarkasi Makasar) dengan jadwal mendarat para 2 Agustus, UPG 40 dengan jadwal pada 5 Agustus. Kemudian BDJ 17 (Embarkasi Banjarmasin) dengan jadwal pendaratan 3 Agustus dan BDJ 19 pada 5 Agustus.
Cecep menuturkan, permintaan perubahan lokasi pendaratan dari Madinah ke Jeddah demi kemudahan rangkaian layanan dan kenyamanan jemaah haji. Mulai dari penyiapan transportasi dan pemondokan. Hingga, waktu perjalanan jemaah haji ke Makkah.
Bila mendarat di Madinah, jemaah haji akan langsung diberangkatkan ke Makkah setelah sebelumnya miqat di Bir Ali. Rentang waktu perjalanan antar dua kota ini mencapai 6-8 jam. Sementara bila mendarat di Jeddah, jemaah cukup menghabiskan 2 jam maksimal untuk mencapai Kota Makkah.
Perubahan pendaratan dari Madinah ke Jeddah pun bisa berdampak ke lokasi kepulangan jemaah haji. "Bila mereka datang dari Madinah dan pulang pun dari Madinah yang seharusnya pada saat datang dari Jeddah mereka pulang dari Madinah,"ungkap Cecep.
Permintaan PPHI ini masih dalam kajian Otoritas Bandara King Abdul Aziz yang bernaung di bawah GACA. "Pejabat tinggi di sini mengatakan akan mengusahakan untuk mencari solusi bila dimungkinkan akan diusahakan supaya bisa dapat fase 2 ini mendarat di Jeddah," ungkap dia.
Lebih lanjut Cecep memastikan jika permintaan tersebut tidak terpenuhi, PPIH sudah mempersiapkan terkait fasilitas layanan jemaah haji usai mendarat di Bandara di Madinah untuk menuju ke Makkah.
Meski begitu, pihaknya sedang mengupayakan agar jamaah haji dari UPG 35, UPG 40, BDJ 17, dan BDJ 19 bisa mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Dia bersama tim telah menemui Direktur GACA, Sayyid Mustofa Bin Zen dan Kepala Otorita Bandara Abdulmajeed Mohammad Al Afghani untuk mengajukan permohonan pendaratan empat kloter tersebut di Jeddah.
"Beliau (Sayyid Mustofa dan Abdulmajeed) tidak menjanjikan, tapi dari dua pejabat tinggi di sini itu akan mengusahakan, akan mencari solusi agar pada fase dua ini bisa mendarat di Jeddah," katanya.
Menurut dia, lobi perlu dilakukan karena pendaratan gelombang 2 di Madinah akan berdampak pada banyak hal. Dari mulai perjalanan, katering, pengangkutan bagasi, dan lainnya. Jika nanti pada waktunya tetap tidak mendapatkan slot pendaratan di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, maka jamaah haji empat kloter tersebut akan turun di Madinah.
Dari Madinah, mereka akan langsung didorong ke Mekkah dengan menggunakan bus. Perjalanan dari Madinah ke Mekkah cukup jauh, antara 5-6 jam. Jamaah haji akan melakukan niat ihram di miqot Bir Ali.(mch/ha)